Pengertian
kepadatan penduduk, kepadatan penduduk adalah masalah yang selalu dihadapi di indonesia
apalagi di Jakarta. Kepadatan penduduk sendiri adalah jumlah penduduk yang
mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu. Kepadatan penduduk di bagi menjadi
4, yaitu :
Kepadatan penduduk aritmatik adalah jumlah rata-rata penduduk yang tinggal pada
suatu wilayah yang luasnya 1 km2. Kepadatan penduduk aritmatik dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Kepadatan
Penduduk Aritmatik = Jumlah Penduduk (jiwa) : Luas Wilayah (km2)
Kepadatan
penduduk agraris adalah jumlah
rata-rata penduduk yang bekerja sebagai petani setiap satuan luas lahan
pertanian (dalam km2). Tingkat kepadatan penduduk agraris dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini:
Kepadatan
Penduduk Agraris = Jumlah Penduduk Petani (jiwa) : Luas Lahan Pertanian (km2)
Kepadatan
penduduk fisiologis adalah perbandingan
antara jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian. Rumus kepadatan penduduk
fisiologis:
Kepadatan
Penduduk Fisiologis = Jumlah Penduduk (jiwa) : Luas Lahan Pertanian (km2)
Kepadatan
penduduk ekonomis adalah perbandingan
antara jumlah penduduk dengan luas lahan menurut kapasitas produksinya. Rumus
kepadatan penduduk ekonomi:
Kepadatan
Penduduk Ekonomi = Jumlah Penduduk (jiwa) : Luas Lahan Produksi (km2)
Sejarah kepadatan penduduk di indonesia.
Keseimbangan
Lama dan Baru
Keseimbangan lama dan baru adalah ketika reit kematian
dan kelahiran dari penduduk suatu wilayah masing-masing berada pada tingkat
yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat lambat, bahkan untuk
sebagian besar periode jumlah kelahiran tak banyak berbeda dengan jumlah
Kematian. Fluktuasi reit Kematian yang besar sering terjadi, sementara reit
kelahiran relatif stabil pada tingkat yang tinggi. Keseimbangan yang lama
penduduk suatu negeri pada hakikatnya menunjukkan fase sebelum mulainya
transisi demografi dari penduduk negeri yang bersangkutan.
Keseimbangan baru berarti keadaan di mana reit
kelahiran dan Kematian berada pada tingkat yang rendah. Borrie membedakan
masyarakat ke dalam tiga (3) tipe, yaitu: masyarakat yang tidak mengontrol
fertilitas atau mortalitas secara efisien, masyarakat yang tidak mengontrol
fertilitas tetapi sedang mengalami penurunan reit Kematian, dan masyarakat yang
mengontrol fertilitas dengan cara yang sangat efisien dan mempunyai harapan
hidup rata-rata yang panjang. Proses menuju ke keseimbangan baru setelah
terganggunya keseimbangan lama dalam arti turunnya reit Kematian (adalah mulai
turunnya reit Kematian) adalah mulai turunnya reit kelahiran.
Suatu masyarakat yang berada pada keseimbangan baru
(kelahiran rendah-kematian rendah) berarti masyarakat yang bersangkutan telah
melalui fase transisi demografi. Banyak negara-negara industri mulai mengalami
turunnya reit-reit kelahiran dalam abad ke-19.
Angka-angka Perkembangan Penduduk Dunia pada Berbagai
Periode
Bagi hampir keseluruhan periode adanya manusia di
bumi, reit perkembangan penduduk tahunan dunia hampir-hampir mendekati nol.
Kemajuan pesat dalam perkembangan jumlah manusia paralel dengan
penemuan-penemuan besar yaitu penemuan sistem pertanian, mulai kehidupan
perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan non-manusiawi, dan
revolusi teknologi.
Perkembangan penduduk yang cepat sedang terjadi di
negara-negara berkembang. Di kawasan negara-negara berkembang tidak saja
menonjol ciri reit perkembangan penduduk yang cepat, tetapi juga di kawasan
tersebut dijumpai sejumlah negara-negara raksasa ditinjau dari segi jumlah
penduduk.
Perkembangan Penduduk Jawa Abad Ke-19
Indonesia, sekali pun untuk Jawa, informasi atau
data demografi abad ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang
sangat dasar seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber
perdebatan. Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi
angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-a19. Namun angka-angka tersebut
seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada
penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai
penduduk Jawa di permulaan abad ke-19, telah mengambil data "sensus"
Raffles tersebut sebagai starting point.
Breman berpendapat bahwa angka-angka pertambahan
penduduk Jawa pada abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih tinggi
daripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan abad-abad
sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, Jawa mengalami
pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan
untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa berkisar pada:
1. Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk
pribumi;
2. Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah
introduksi vaksinasi cacar; dan
3. Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah
Belanda.
Perkembangan
penduduk dihubungkan dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintah kolonial
Belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan-ungkapan sepertiekspansi
statis dan kemiskinan berbagi, patut pula
disebut dalam rangka memahami perkembangan penduduk di Jawa.
Penduduk
Indonesia di Abad ke-20
Dalam zaman
sebelum Indonesia sebelum merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih
seksama mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada
tahun 1920 yang dikenal sebagai Sensus Penduduk 1920. Sesudah
itu berlangsung lima kali pengumpulan data penduduk melalui sensus yaitu satu
kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1930, dan empat kali setelah
Indonesia merdeka masing-masing pada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Data
jumlah penduduk dari keempat sumber ini cukup dapat dipercaya.
Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia
hampir menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu percepatan perkembangan penduduk
telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu lima (5) dekade terakhir hingga
tahun 1980. Namun pada periode 1980-1990 reit perkembangan penduduk Indonesia
secara keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen per tahun. Reit
perkembangan penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih rendah
di Jawa dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau lain di luar Jawa
Faktor – Faktor Kepadatan Penduduk
Di Indonesia misalnya,
penyebaran penduduk lebih terpusat di kota besar khususnya di Jawa. Mengapa
bisa terjadi demikian?Penyebaran
penduduk di atas permukaan bumi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya :
1. Faktor fisiografis wilayah
Kenampakan fisik suatu
wilayah sangat memengaruhi terhadap kepadatan penduduk. Setiap orang pasti akan
memilih daerah yang memiliki sumber air yang baik, daerahnya datar, tanahnya
subur dan lainnya.Selain itu kondisi cuaca dan iklim juga sangat memengaruhi
aglomerasi penduduk. Daerah yang cuacanya hangat dan anomalinya relatif stabil
lebih memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat tinggal.
2. Faktor sosial budaya
Perubahan pola fikir
masyarakat mengakibatkan berkembangnya kondisi fisik suatu wilayah. Hal
tersebut akan menjadi magnet bagi masyarakat di luar untuk datang dan mengadu
nasib di wilayah tersebut.
3. Faktor ekonomi
Daerah yang pembangunannya
sangat pesat akan menarik kaum urban untuk datang dan berkerja disana. Berbagai
peluang kerja yang banyak akhirnya mendorong kepadatan penduduk di kota besar
seperti Jakarta.
4. Faktor biologis
Tingkat pertumbuhan
penduduk suatu wilayah berbeda beda. Angka fertilitas yang tinggi dibanding
mortalitas akan membuat suatu wilayah semakin padat.
5. Faktor kesalahan tata ruang kota
Pembangunan saat ini lebih
mengarah pada urban oriented dibanding rural oriented, sehingga pertumbuhan
penduduk lebih besar di kota besar, sedangkan wilayah pedesaan menjadi tidak
berkembang. Ha tersebut berdampak pada arus urbanisasi yang besar dan desa
menjadi kekurangan penduduk.
Cara yang tepat untuk memecahkan masalah dari penduduk
yang besar adalah :
1. Memantapkan
program KB
Dengan program
KB diharapkan bisa menghambat laju pertambahan penduduk. Dengan slogan "2
anak lebih baik" bisa menjadi pendorong bagi setiap keluarga untuk
membatasi kelahiran demi kepentingan nasional yang meningkatkan kesejahteraan
penduduk secara keseluruhan.
2. Melaksanakan
Program transmigrasi
Tujuan
transmigrasi agar terjadi pemerataan jumlah penduduk di seluruh Indonesia.
Program ini sangat baik dalam menyebarkan sumber daya manusia agar semua daerah
bisa membangun dengan baik.
3. Memperluas
lapangan kerja
Usaha
pemerintah untuk terus membuka lapangan kerja baru menjadi program yang wajib.
Hal ini karena setiap tahun angkatan kerja baru terus bermunculan. Dengan
semakin banyak yang bekerja diharapkan pengangguran bisa dikurangi dan
kesejahteraan rakyat menjadi meningkat.
4. Harus ada
pemerataan pembangunan
Pemerintah
harus memperhatikan daerah-daerah yang masih tertinggal. Agar mereka bisa
mendapat anggaran yang besar. Diharapakan dengan meningkatkan anggaran bisa
membantu pembangunan di daerah-daerah tersebut.
5. Peningkatan
fasilitas kesehatan
Dengan
fasilitas kesehatan yang memadai maka kesehatan masyarakat bisa meningkat.
Selain itu fasilitas kesehatan yang baik akan membantu kesuksesan program
keluarga berencana atau KB. Karena masyarakat jadi mudah untuk mendapat
obat-obatan atau pelayanan KB lainnya.
6. Peningkatan
mutu pendidikan
Pendidikan bisa
meningkatkan mutu SDM sebuah negara. Penduduk yang berpendidikan bisa
mengahsilkan produktifitas yang tinggi untuk pembangunan. Selain itu pendidikan
bisa membuat rakyak lebih realistis dalam membangun sebuah keluarga. Mereka
akan lebih ikut program KB karena kesadaran yang terbentuk dari
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar